Powered By Blogger

Selasa, 27 Desember 2011

Riset dan Pengembangan Teknologi Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai suatu disiplin ilmu, teknologi pembelajaran harus ditunjang dengan berbagai macam penelitian yang mengungkap objek formal yang menjadi garapannya, yaitu belajar pada manusia. Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Sedangkan menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (http://mathedu-unila.blogspot.com/2010/10/pengertian-belajar.html). Dalam hal ini, konsep belajar dapat diartikan sebagai suatu upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kecenderungan penelitian teknologi pembelajaran di masa datang memfokuskan pada penelitian yang mengkaji pengaruh interaksi antara variabel kondisi dan metode terhadap hasil pembelajaran (Degeng, 1989; Wiryokusumo, 1996). Penelitian teknologi pembelajaran ditandai oleh adanya permasalahan kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Ciri khas dari penelitian bidang teknologi pembelajaran adalah adanya kajian tentang penerapan rancangan, sajian dan evaluasi dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran, karakteristik pebelajar, karakteristik materi pembelajaran untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran.
            Dengan demikian penelitian merupakan salah satu faktor penunjang utama bidang kajian teknologi pembelajaran sehingga teknologi pembelajaran terus berkembangan dari awalnya yang hanya dipandang sebagai alat kemudian berubah ke sistem yang lebih luas, dari hanya berorientasi pada praktik menuju ke teori dan praktik, dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang kajian program studi dan profesi.

BAB II
RISET DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Sebelum mengkaji lebih jauh tentang Riset dan Pengembangan Teknologi Pembelajaran, ada baiknya kita membahas tentang pengertian dan manfaat riset.
Riset berasal dari bahasa Inggris, research, menurut The Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1961) ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Riset menurut kamus Webster mempunyai arti memeriksa atau mencari kembali. Sedangkan menurut Ndraha (1988), riset memiliki arti yang lebih luas, yaitu sebagai suatu pemeriksaan atau pengujian yang teliti dan kritis dalam mencari fakta atau prinsip-prinsip penyelidikan yang tekun guna memastikan suatu hal. Riset sebagai suatu usaha untuk menemukan suatu hal menurut metode ilmiah, sehingga riset memiliki tiga unsur penting, yaitu sasaran, usaha untuk mencapai sasaran serta metode ilmiah.
Berikut ini merupakan 15 poin catatan mengenai kawasan penelitian teknologi pendidikan yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc. (Miarso 2004 : 198-204).
1.      Sebelum kita memasuki kawasan penelitian teknologi pendidikan, ada baiknya kita samakan dulu persepsi kita tentang teknologi pendidikan itu sendiri. Persepsi tenatng “Teknologi Pendidikan” sampai saat ini masih beragam. Bahkan masih banyak diantara kita yang menggunakan persepsi sempit, dan berpendapat bahwa teknologi pendidikan tidak lain dari cara mengajar dengan menggunkan alat bantu rupa-rungu (audio visual aids). Memang pada awal perkembangan teknologi pendidikan sebagai suatu bidang kajian pada tahun 1950-an, audiovisual aids merupakan ciri yang menonjol. Bahkan bidang studinya disebut “audiovisual instruction”. Dalam perkembangan sekarang ini, audio visual aids hanya dikategorikan sebagai sarana untuk mengemas pesan secara auditif dan visual.
2.      Sekarang ini para teknologi pendidikan cenderung mengembangkan persepsi teknologi pendidikan secara luas, yaitu bahwa pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Setiap teknologi adalah proses untuk meningkatkan nilai tambah (added value). Proses itu akan semakin berkembang dengan makin besarnya tuntutan dalam semua sector kehidupan, dan karena itu perlu dihasilkan dan dimanfaatkan produk yang semakin bervariasi dan canggih.  Produk dan proses itu tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa, melainkan dalam suatu lingkungan yang bersifat dinamis. Artinya adalah bahwa ada interaksi antara proses dan produk sebagai suatu sistem dengan lingkungannya sebagai suatu sistem yang lebih luas.
Ketiga ciri itu harus ada dalam setiap teknologi dalam bidang apa saja, termasuk teknologi pendidikan. Proses itu sendiri adalah untuk mengolah bahan mentah dengan menggunakan sarana tertentu.
3.      Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang kajian khusus (spesialisasi) ilmu pendidikan dengan objek formal “belajar” pada manusia pribadi atau yang tergabung dalam suatu organisasi. Bidang kajian ini pada awalnya digarap dengan mensintesiskan berbagai teori dan konsep dari berbagai disiplin ilmu ke dalam suatu usaha terpadu, atau disebut dengan pendekatan isomeristik, yaitu penggabungan berbagai unsur yang berkaitan dengan dalam suatu kesatuan yang lebih bermakna. Perkembangan bidang kajian ini selanjutnya mensyaratkan pendekatan tambahan, yaitu sistematik dan sistemik. Sistematik artinya dilakukan dengan secara runtut (teratur dengan langkah tertentu), sedangkan sistemik artinya menyeluruh atau disebut pula holistic atau komprehensif.
4.      Setiap bidang kajian hanya dapat berkembang bilamana didukung oleh pengkajian ilmiah yang dilakukan secara terus-menerus. Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan tidak terlepas dari:
  1. Falasafah dan landasan ilmiah yang menunjang keberadaan dan perkembangannya,
  2. Unsur-unsur dasar yang membentuknya, dan
  3. Arah perkembangan serta kegunaannya.
5.      Falsafah teknologi pendidikan adalah :
Agar setiap orang memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun dalam ikatan organisasi, seoptimal  mungkin melalui pendekatan yang sistematik dan sistemik atas proses, sumber dan sistem belajar sedemikian rupa agar tercapai efisiensi, efektivitas, dan keselarasan dengan perkembangan masyrakat dan lingkungan, kea rah terbentuknya masyarakat belajar.
6.      Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan dan perkembangan teknologi pendidikan menurut beberapa pemuka bidang studi adalah sebagai berikut :     
a.       A.A. Lumsdaine (1964) : teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan sains dasar, yaitu :
1)      Ilmu fisika
2)      Rekayasa mekanik, optic, elektro, dan elektronik
3)      Teknologi komunikasi dan telekomunikasi
4)      Ilmu perilaku
5)      Ilmu komunikasi
6)      Ilmu ekonomi
b.      Robert Morgan (1978) berpendapat ada tiga disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi pendidikan, yaitu :
1)      Ilmu perilaku
2)      Ilmu komunikasi
3)      Ilmu manajemen
c.       Donald P. Ely (1983) : teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedur, dan keterampilan. Disiplin yang memberikan kontribusinya adalah :
1)      Basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi, dan manajemen
2)      Related contributing fields psikologi persepsi, psikologi kognisi, psikologi sosial, media, sistem, dan penilaian kebutuhan
d.      Barbara B. Seels dan Rita C. Richey (1994) : akar intelektual bidang pembelajaran berasal dari disiplin lain, meliputi:
1)      Psikologi
2)      Rekayasa (engineering)
3)      Komunikasi
4)      Ilmu Komputer
5)      Bisnis
6)      Pendidikan
7.      Perkembangan landasan ilmiah tersebut jelas bersifat elektif, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Pengertian elektik ini telah menghasilkan serangkaian perkembangan dalam pengertian atau definisi teknologi pendidikan.
Salah satu perkembangan definisi yang terpenting yaitu berdasarkan AECT, 1994. Dalam definisinya terdapat empat komponen, yaitu :
1)      riset dan teori
2)      desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian
3)      proses, sumber, dan sistem
4)      belajar

  






 















8.      Perkembangan landasan ilmiah dan definisi tersebut telah membentuk landasan ilmiah tersendiri, berupa teori, model, dan konsep, prinsip, proposisi dan prosedur yang merupakan ciri unik teknologi pendidikan. Perkembangan tersebut juga meliputi nama “teknologi pendidikan” menjadi “teknologi pembelajaran” (instructional technology). Alasan perubahan nama ini menegaskan fokus penggarapan, yaitu masalah “belajar” yang bertujuan (terarah) dan disengaja. Perkembangan ini pada gilirannya merangsang dan memperkuat perkembangan profesi dalam bidang teknologi pendidikan, termasuk pendidikan/pelatihan serta oragnisasi dengan segala aturan dan syaratnya.
9.      Arah perkembangan kawasan dan kegunaan teknologi pendidikan/pembelajaran dapat dilukiskan dengan keragaman pendapat berikut:
a.       Glen Snelbecker (1974) : teknologi pendidikan berguna untuk menjawab “how” (cara bagaimana) tujuan pendidikan dapat dicapai, sedangkan kurikulum berkepentingan untuk menjawab “what” dan “why” (apa dan mengapa) isi dan tujuan pendidikan ditentukan.
b.      Philip Doughty (1990) : teknologi pendidikan khususnya dalam bidang bisnis dan industry berkembang menjadi “human performance technology” dan merupakan salah satu bidang garapan dalam “human resource development”.

10.  Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan/pembelajaran tidak hanya mempersoalkan unsur-unsur yang terkandung dalam objek formal, yaitu belajar, melainkan juga pendekatannya yaitu teknik intelektual atau tata cara ilmiah yang digunakan dalam mencari pembenaran atas objek yang dipermasalahkan.
11.  Pada awal perkembangan teknologi pendidikan, dimana media merupakan unsur yang menonjol, mayoritas penelitian dilakukan yang berkaitan dengan media. Penelitian ini menurut Wilbur Schramm (1977) kebanyakan mempersoalkan “mengenai” (about) media, dan bukannya “dengan” (with). Sekitar separuh penelitian yang dikaji oleh Schramm menggunakan desain eksperimen, yaitu dengan menciptakan kondisi laboratorik melalui pengontrolan variabel tertentu, dan menguji hasilnya dengan statistik yang canggih.
12.  Penelitian yang berkaitan dengan media sendiri telah berlangsung dalam lima fase. Kelima fase itu mempermasalahkan hal-hal berikut:
a.       Apakah pengajaran dengan media ada hasilnya
b.      Seberapa besar hasil pengajaran dengan media
c.       Dalam  kondisi bagaimana dapat dieperoleh hasil yang terbaik dari media
d.      Siapa yang akan memperoleh manfaat dari media
e.       Karakteristik pembelajar (learner) seperti apa, dan dalam kondisi dan situasi bagaimana dapat diperoleh manfaat maksimal dari media.
13.  Richard Clark (1983) : desain penelitian eksperimen dengan pengontrolan variabel, hampir semuanya salah, karena tidak mungkin membatasi variabel itu sehingga tidak terjadi kontaminasi. Kalaupun dapat dibagi, maka perlakuan itu sudah tidak mempunyai arti karena terlalu amat sempit. Kebanyakan riset mengenai media mengajukan pertanyaan yang salah. Riset yang telah dilakukan tidak menghasilkan pemecahan masalah instruksional dan pengembangan. Menurut Clark selanjutnya kita harus memberikan perhatian lebih besar pada riset dan teori preskriptif.
14.  William J. Gephart (1972) menyarankan suatu taksonomi strategi empirik untuk pemecahan masalah. Taksonomi strategi empirik ini diharapkan dapat menghilangkan keraguan mengenai kaitan yang kompleks antara penilaian, pengembangan, dan penelitian. Pemecahan masalah atau pengkajian ilmiah pada dasarnya mencari pembenaran atas gejala tertentu. Usaha pembenaran ini meliputi empat lapis (level), yaitu : filsafat ilmu, metode umum pemecahan masalah (general problem solving methodology), strategi operasional, dan sekuens prosedural.


Ketiga metode umum pemecahan masalah (penilaian, pengembangan, dan penelitian) dapat dibedakan dalam tiga dimensi, yaitu : tujuan, proses, produk sdan kriteria.
15.  Bertolak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan penelitian teknologi pendidikan sangat luas sekali bahkan boleh dikatakan hamper tidak terbatas, sepanjang penelitian itu berkaitan dengan pemecahan masalah belajar. Dasar pertimbangan kesimpulan ini adalah sebagai berikut :
a.       Belajar dapat dilakukan siapa saja, baik secara perorangan maupun secara perkelompok dalam organisasi;
b.      Belajar dilakukan mengenai apa saja, meskipun yang menjadi perhatian utama kita adalah yang bertujuan, terarah, dan disengaja serta yang sesuai dengan norma dan nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa;
c.       Belajar dapat berlangsung kapan saja, sejak dalam kandungan hingga akhir hayat, dan setiap saat jaga (alert);
d.      Belajar dapat dilaksanakan dimana saja, di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di tempat ibadah, di masyarakat luas (aneka sistem);
e.       Belajar berlangsung dengan cara bagaimana saja (aneka proses), baik secara mandiri dan  individual, secara bersama-sama (dalam kelompok atau klasikal), maupun secara massal;
f.       Belajar dapat dilakukan dengan rangsangan internal dan eksternal, yaitu dari dalam diri sendiri atau dari apa dan siapa saja di luar diri (aneka sumber);
g.      Belajar dilakukan untuk kepentingan apa saja, tentunya yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan;
h.      Kawasan teknologi pendidikan meliputi teori dan praktik dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan menilai proses, sumber, dan sistem belajar;
i.        Pemecahan masalah belajar secara empiric dapat dilakukan dengan berbagai cara, strategi, dan prosedur.
Berdasarkan penjelasan di atas, nampak jelas bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu bidang kajian yang harus ditunjang oleh berbagai penelitian yang mengungkap segala permasalahan belajar pada manusia.
Pada umumnya penelitian dibagi menjadi 2, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kedua pendekatan ini memiliki latar belakang filsafat yang berbeda. Pendekatan kuantitatif digunakan apabila seseorang memuali penelitiannya dengan teori atau hipotesis dan berusaha membuktikan kebenarannya.
Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan apabila seorang peneliti berusaha menafsirkan realitas dan berusaha membangun teori berdasarkan apa yang dialami. (Miarso, 2004: 209).
Selama ini, pendekatan penelitian yang banyak digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif, yang berbentuk eksperimen atau korelasional.
Sementara itu, Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc. kurang setuju dengan adanya dikotomi pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Beliau menjelaskan bahwa pada dasarnya hampir semua penelitian sosial merupakan kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa kalaupun ada dikotomi maka pendekatan yang lebih tepat, yaitu pendekatan positivistic dan pascapositivistik atau fenomenologik. Pendekatan positivistic berakar pada ilmu-ilmu eksakta oleh karena itu disebut pula dengan studi statistik. Dalam penelitian ini dipersyaratkan adanya variabel yang dikontrol, pengecekan sampel, pengujian validitas dan realibilitas instrument dan ditujukan untuk mengeneralisasi sampel ke dalam populasi. Sedangkan pendekatan pascapositivistik/fenomenologik berakar pada tradisi dalam sosiologi dan antropologi yang bertujuan untuk memahami suatu gejala seperti apa adanya tanpa harus mengontrol variabel dan tidak berusaha mengeneralisasi gejala tersebut (Miarso, 2004 : 209).
Dalam bukunya yang berjudul Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc. juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya penelitian merupakan suatu usaha untuk mengungkapkan kebenaran. Kebenaran itu dibedakan menjadi empat lapis. Lapis paling dasar adalah kebenaran inderawi yang diperoleh melalui pancaindera kita dan dapat dilakukan oleh siapa saja; lapis diatasnya adalah kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan yang sistematik, logis, dan etis oleh mereka yang terpelajar. Pada lapis diatasnya lagi adalah kebenaran falsafi yang diperoleh melalui kontemplasi mendalam oleh orang yang sangat terpelajar dan hasilnya diterima serta dipakai sebagai rujukan oleh masyarakat luas. Sedangkan pada lapis kebenaran tertinggi adalah kebenaran religi yang  diperoleh dari Yang Maha Pencipta Melalui wahyu kepada para nabi serta diikuti oleh mereka yang meyakininya. 
Sementara itu, Seels dan Richey juga menjelaskan bahwa penelitian merupakan sumber pengaruh utama teknologi pembelajaran. Landasan penelitian merupakan salah satu faktor pembentuk kawasan teknologi pembelajaran (Seels & Richey, 1994 : 77). Misalnya pada kawasan desain.
Ciri utama desain pembelajaran adalah adanya dugaan bahwa prinsip-prinsip dan prosedur-prosedurnya didasarkan pada hasil penelitian tradisional eksperimen terkontrol, penelitian pengembangan, sampai pada analisis kualitatif studi kasus.    
            Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengembangan teknologi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari adanya berbagai penelitian yang mengungkap objek formalnya yaitu belajar pada manusia. Sebagaimana yang  dijelaskan oleh Suparman (Warsita, 2008 : 18) bahwa teknologi pembelajaran baik sebagai disiplin ilmu, program studi maupun profesi terus mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan tekonologi pembelajaran yang pesat ini memiliki 4 ciri utama yaitu menerapkan pendekatan sistem, menggunakan sumber belajar seluas mungkin, bertujuan meningkatkan kualitas belajar manusia, dan berorientasi pada kegiatan instruksional individual. Dengan indikator ini teknologi pembelajaran semakin memperhalus dan mempertajam kemampuannya dalam memecahkan masalah belajar dan pembelajaran, sedangkan menurut Miarso, (2004 : 201) perkembangan ini pada gilirannya merangsang dan memperkuat perkembangan profesi dalam bidang teknologi pembelajaran.

BAB III
P E N U T U P
  
            Sebagai suatu  bidang kajian teknologi pembelajaran harus ditunjang oleh berbagai penelitian yang berusaha mengungkap berbagai permasalahan yang ada dalam proses belajar dalam manusia. Adapun penelitian tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan yang bervariasi sesuai dengan perkembangan paradigm penelitian. Kemudian hasil penelitian tersebut akan menunjang dan memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu disiplin ilmu.
Dengan demikian penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam proses pengembangan teknologi pembelajaran karena melalui penelitian akan terungkap berbagai permasalahan yang ada dalam proses belajar pada manusia.

Senin, 19 Desember 2011

THE ENGLISH MATERIALS FOR SECOND SEMESTER (MATERI PELAJARAN BAHASA INGGRIS SEMESTER GENAP)

THE ENGLISH MATERIALS FOR SECOND SEMESTER
CLASS 7

1.       Meminta dan memberi jasa
2.      Meminta dan memberi barang
3.      Meminta dan memberi fakta
4.     Meminta dan memberi pendapat
5.      Menyatakan suka dan tidak suka
6.     Meminta klarifikasi
7.      Merespon secara interpersonal
8.      Insrtuksi
9.     Daftar belanja/daftar barang
10.  Ucapan selamat
11.     Pengumuman
12.   Teks deskriptif
13.   Teks prosedur


THE ENGLISH MATERIALS FOR SECOND SEMESTER
CLASS 8

1.       Merespon ungkapan meminta, memberi, menolak jasa
2.      Merespon ungkapan meminta,memberi, menolak barang
3.      Merespon ungkapan meminta, memberi, mengingkari informasi
4.     Merespon ungkapan meminta,memberi, menolak pendapat
5.      Merespon ungkapan meminta,menerima, menolak tawaran
6.     Merespon ungkapan meminta,memberi persetujuan
7.      Merespon ungkapan pernyataan
8.      Merespon ungkapan memberi perhatian terhadap pembicara
9.     Mengawali, memperpanjang an menutup percakapan
10.  Merespon ungkapan mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan telepon
11.     Notices
12.   Iklan
13.   Teks naratif
14.   Teks recount



THE ENGLISH MATERIALS FOR SECOND SEMESTER
CLASS 9

1.       Merespon ungkapan kesantunan
2.      Melakukan perintah
3.      Merespon ungkapan memberi berita yang menarik perhatian
4.     Merespon ungkapn memberi komentar terhadap berita
5.      Schedules
6.     Labels
7.      Teks naratif
8.      Teks report